Infometafisik.com - Inilah gambaran kalau jadi manusia serakah dan terlalu memikirkan urusan dunia. Gara-gara warisan, ibu saya jadi korban ilmu hitam yang dikirimkan oleh pakde tiri saya. Inilah kisahnya:
Kakek saya yang dari pihak ibu saya dulunya menikah tiga kali, waktu nikah dengan istri pertama punya anak 3 yang semuanya laki-laki, sebut saja Hadi, Somad dan Jafar. Ketika anak anaknya masih kecil, istri pertama kakek saya meninggal.
Kemudian kakek saya menikah lagi, dari istri kedua ini lahirlah ibu saya dan paman saya Joni. Ketika ibu saya umur 15 tahunan ibunya ibu saya/ istri kedua kakek saya meninggal karena sakit, akhirnya kakek saya menikah lagi untuk yang ketiga kalinya, dari istri terakhir ini tidak dikaruniai anak.
Singkat cerita, akhirnya semua anak anaknya tumbuh dewasa dan berumah tangga. Suatu ketika sebelum kakek saya meninggal semua harta warisan sudah dibagikan kepada ibu saya dan saudara-saudara yang lain dengan seadil-adilnya,
begitu juga semua anak-anak kakek saya menerima dengan puas. Beberapa tahun kemudian kakek saya meninggal karena sakit, yang disusul oleh nenek tiri saya 4 tahun kemudian karena sakit tua.
Suatu ketika Somad dapat tugas dinas di Sumatra akhirnya warisan pemberian kakek saya yang diberikan kepada Somad dijual habis, sehingga Somad tidak punya tanah lagi.
Tak disangka beberapa tahun kemudian Somad kembali datang ke Jogja, tujuanya menyuruh ibu saya untuk menjualkan rumah peninggalan kakek saya. Lantas ibu saya kaget dan menolak karena rumah itu sudah diwariskan ke paman saya Joni.
Mendapat penolakan dari ibu saya, lalu pulanglah Somad ke Sumatra dengan tangan kosong. Karena merasa sakit hati pada ibu saya dan ingin menguasai harta warisan, disinilah dendam Somad datang.
Sekitar tahun 1980 (5 tahun sebelum saya lahir) ibu saya merasakan sesuatu yang aneh dan tak seperti biasanya, yaitu ibu saya merasakan gelisah, khawatir dan ketakutan yang luar biasa jika masuk rumah.
Padahal waktu itu dirumah ga ada apa-apa, setelah beberapa hari merasa ketakutan lama-lama ibu saya jatuh sakit. Itu pun bukan sakit biasa melainkan sakit stres. Tiap hari ibu saya teriak-teriak ga jelas, ketawa-ketawa sendiri bahkan nangis ga jelas.
Sayangnya waktu itu ayah saya masih orang awam, dikiranya sakit biasa makanya ayah saya cuma mengobati ibu saya dengan periksa ke medis. Disini ibu saya bukanya sembuh tapi malah semakin parah.
Lalu ibu saya dirawat sendiri oleh ayah saya dirumah. Berhari hari, berminggu minggu, berbulan bulan, tak terasa setengah tahun ibu saya sakit. Bahkan pernah ibu saya histeris lari-lari keluar rumah sambil telanja** ga pake baju, lalu ayah saya dan kakak-kakak saya mengejar ibu saya untuk dibawa masuk kerumah. Begitulah mirisnya ibu saya waktu itu.
Dan puncak penderitaan ibu saya disini nih, pada suatu hari tiba-tiba ibu saya jatuh pingsan berjam-jam ga bangun-bangun. Karena ayah saya khawatir terjadi hal-hal yang tak diinginkan akhirnya ayah saya di kasih saran oleh saudara ayah saya untuk memanggil orang pintar.
Tanpa banyak pikir panjang ayah saya langsung menyetujui. Dan pergilah saudara ayah saya kerumah orang pintar sebut saja pak P, karna rumahnya jauh akhirnya butuh waktu 1jam lebih untuk sampai kerumah pak P.
Sedangkan ayah saya dirumah jaga ibu saya, namun disaat sedang menunggu ibu saya tanpa diduga akhirnya ibu saya meninggal. Ayah saya dan keluarga ga bisa berbuat apa-apa lagi untuk kesembuhan ibu saya, mungkin sudah takdir ibu saya harus meninggal dengan cara seperti begini, pikir ayah saya waktu itu. Dalam kesedihan ayah saya dan keluarga lalu tersiarlah kabar meninggalnya ibu saya, saudara-saudara ayah saya yang lain dan tetangga pun mulai berdatangan
Ada yang siapin beberapa ember dan mengisi air untuk memandikan ibu saya, ada yang keluar beli kafan, ada yang gelar tikar dan yang lainnya. Setelah semuanya siap tiba-tiba saudara ayah saya datang bersama pak P, kemudian pak P langsung masuk rumah dan menuju kamar ibu saya. Ketika pak P masuk kamar ibu saya pak P sempat kaget mendapati ibu saya sudah meninggal.
Melihat keadaan itu pak P melarang ayah saya untuk tidak buru-buru memandikan ibu saya, tetapi pak P menyuruh ayah saya untuk menyiapkan baskom berisi air penuh lalu diletakan disamping tempat tidur ibu saya.
Setelah itu ditutupi serbet, kemudian pak P kembali menyuruh ayah saya dan saudara-saudara ayah yang lain untuk berkumpul di ruang keluarga. Setelah semua berkumpul sekitar 5 orang lalu pak P meminta ayah saya membacakan surat al-ikhlas sebanyak seribu kali yang cara bacanya dibagi lima orang, sehingga tiap orang dapat bagian 200 kali baca surat al-ikhlas. Saat itu juga ayah saya dan saudara-saudara lain langsung membacakan surat tersebut.
Sedangkan pak P komat kamit sendiri entah apa yang dibacakanya. Setelah agak lama akhirnya selesai membaca surat-surat tadi, kemudian pak P menyuruh ayah saya untuk membuka baskom yang sejak tadi ditutup serbet.
Alangkah terkejutnya ayah saya, ketika serbet dibuka dibaskom terdapat batu hitam agak kecil, bentuknya oval yang bagian tengahnya terdapat garis membelah. Mirip biji kopi yang udah dikupas kulitnya.
Kemudian batu tadi diambil oleh pak P dan diletakan disebuah mangkok, anehnya tuh batu tiba-tiba bergerak sendiri, berputar putar disekitar mangkok.
Sambil diamati oleh pak P kemudian tak berapa lama pak P mengeluarkan keris yang dibawanya sendiri dari rumah. Sambil baca-baca doa kemudian keris itu di tusukan pas di tengah-tengah garis batu yang membelah tadi, lalu pak P berkomunikasi dengan batu tersebut melalui ilmu batinnya, yang kira-kira begini "Kamu siapa?!",
kemudian ditanya lagi "Sapa yang nyuruh kamu kemari, lalu apa tujuan kamu kesini?!". Setelah selesai komunikasi dengan batu itu, kemudian pak P kembali baca-baca doa, begitu selesai baca-baca doa lalu di cabutlah keris tadi.
Dan seketika itu juga ditempat tidur terdengar suara nafas ibu saya agak tersengal-senggal meskipun belum sadar. Lalu ayah saya mendatangi ibu saya sambil mengeraskan suara disamping telinga ibu saya, "nyebut Allah bu!", "Allah bu !", "Allah bu!". Tak henti hentinya ayah saya menyuruh ibu saya untuk melantunkan kalimat Allah, dan kemudian di ikuti saudara-saudara ayah saya "Allahu akbar" hingga berkali-kali.
Perlahan lahan ibu saya mulai tersadar dalam keadaan lemas sambil membuka mata. Melihat keadaan itu ayah saya langsung memeluk ibu saya sambil nangis, begitu juga saudara-saudara ayah saya dan beberapa tetangga yang menyaksikan ikut terharu, bahkan ada yang ikutan menangis. Tak henti hentinya mereka ucap puji syukur.
Setelah semua keadaan agak tenang, lalu pak P mengajak ayah saya dan salah satu saudara ayah saya untuk keluar kamar ibu saya, katanya ada sesuatu yang mau di omongkan.
Setelah mereka keluar dari kamar ibu saya kemudian pak P bertanya pada ayah saya, "Pak apakah istri anda punya saudara yang bernama Somad?", mendengar pertanyaan itu ayah saya langsung menjawab "iya benar pak istri saya punya saudara yang bernama Somad tapi sudah lama pindah ke Sumatra, memangnya ada apa ya?" Tanya ayah saya penasaran, kemudian pak P menjelaskan dengan hati-hati takut kalo ayah saya shock.
"Begini pak, istri anda dapat kiriman santet dari Somad, hal ini dia(Somad) lakukan karna sakit hati dan ingin menguasai warisan dari istri bapak dan adiknya (Joni), makanya dia berusaha membunuh istri bapak dengan jalan seperti ini".
Mendengar penjelasan dari pak P ayah saya langsung beristighfar karna kaget, meski ayah saya langsung lemas namun ayah saya berusaha untuk kuat menerima kenyataan itu, tak henti hentinya ayah saya menarik nafas panjang.
Kemudian pak P berkata lagi "Tenang saja pak yang penting sekarang istri anda selamat, kita pasrahkan saja pada allah, biarlah perbuatan Somad dibalas sendiri oleh allah kita tak perlu membalasnya, karna jika dibalas masalah ga akan selesai dengan baik. Dan tolong masalah ini jangan ceritakan ke istri bapak dulu takut istri anda kenapa-kenapa". Kemudian ayah saya mengiyakan, setelah mendengar penjelasan dan nasihat pak P baru ayah saya agak tenang dan berusaha sabar.
Lalu ayah saya kembali masuk kamar ibu saya, beberapa jam kemudian ibu saya cerita ke ayah saya, ketika ibu ga sadarkan diri tadi, antara sadar dan tidaknya ibu saya merasa seperti terbang naik ke atas menembus langit beberapa kali dan terus terbang ke atas.
Entah udah berapa kali menembus langit tibalah ibu saya disuatu tempat. Disana ibu saya bertemu buyut saya yang udah meninggal, melihat kedatangan ibu saya buyut saya langsung menghampiri ibu saya sambil membentak
"Ngapain kamu datang kemari?!" "tempatmu bukan disini!! Belum saatnya kamu ada ditempat ini pulang sana!!!" lum sempat ibu saya menjawab apa-apa tiba tiba buyut saya mendorong ibu saya kebelakang.
Sehingga ibu saya jatuh kebawah kembali menembus langit beberapa kali, ketika ibu saya jatuh dari atas samar-samar terdengar kalimat Allah dan Allahu Akbar berkali kali, semakin didengar semakin jelas suara-suara itu. Tiba-tiba ibu saya mulai bangun dari kesadaranya, ketika ibu saya semakin sadar dan sadar ternyata yang nyebut-nyebut Allah dan Allahu Akbar adalah ayah saya disamping telinga ibu saya suara orang-orang yang ada di kamar ibu saya.
Itulah kisah nyata ibu saya, sejak kejadian itu keluarga saya putus kontak sama sekali dengan pakde tiri saya, dan sejak saat itulah ibu saya selamat dari santet pakde tiri saya.
0 Response to "Kisah Misteri, Mati Suri Gara-gara Santet"