Kisah Nyata, Anakku Jadi Tumbal Pesugihan Jin Raksasa

Kisah Nyata, Anakku Jadi Tumbal Pesugihan Jin Raksasa

Infometafisik.com - Kesuksesan usaha perkebunan jeruk yang di lakoni ibu rumah tangga ini ternyata berujung pada kematian sang anak, Ia tidak menyangka, ternyata sang suami adalah penyebab semua ini, sang suami ternyata adalah pemuja pesugihan Uwak Besoh. Bagaimanakah sang istri bisa lepas dari cengkraman pesugihan sang suami? Simaklah kisah berikut ini:


Telah sepuluh tahun aku tinggal di Dusun Tempedak, di sebuah desa bernama Tajmahal, Kec. Jelimpo, Kabupaten Landak, Propinsi Kalimantan Barat. Letak rumahku kira-kira 177 kilometer dari kota Pontianak, jika ditempuh jalan darat sekitar lima jam dari pusat kota.

Aku pindah ke daerah terpencil ini karena aku sudah bosan tinggal di Ibu Kota. melepas dari pekerjaanku sebagai staf khusus istana presiden, karena aku memilih bertani bersama suami. Nama suamiku Amran Husni, usianya 58 tahun, di kampung ini, yang mana suamiku itu adalah penduduk asli Dusun Tempedak.

Kami berdua membeli 100 hektar tanah dan membuatnya menjadi perkebunan jeruk siam. Tanaman jeruk  kami tumbuh subur dan kami sudah mengekspor buah-buahan manis ini ke Bandar Sribegawan, Brunai Darusalla, dan Kuching, Malaysia.  Penghasilanku dari berkebun jeruk itu, jauh melebihi penghasilanku ketika aku bekerja di istana negara.

Meski keadaan ekonomi kami lebih dari orang lain, tapi kami tetap bergaul dengan semua warga miskin daerah kami itu. Malahan setiap kali panen, beberapa dari hasil perkebunan kami, di sumbangkan untuk warga yang menderita kekurangan di daerah yang kami tinggali. Terutama untuk anak yatim piatu dan orang-orang jompo.

Kedekatan kami kepada warga sekitar, menjadikan kami hidup nyaman dan damai di Desa Tajmahal. Beberapa warga yang kami bantu, gantian membantu kami bila kami sedang mempunyai hajat. Ketika aku menikahkan anak perempuanku, Lita, seluruh warga turun tangan tanpa pamrih dan pesta anak kami berjalan lancar.

Sekarang, semenjak minggu lalu, tepatnya awal Februari 2003 kami dikejutkan oleh enam warga yang meninggal secara tiba-tiba, seluruh warga ketakutan dan mengungsi ke kecamatan sebelah, yaitu kecamatan Kuala Behe. Lalu aku, suami dan enam anakku tetap tinggal dirumah kami. Kami berdiam diri di dalam rumah kami,  semua pintu kami kunci dan pagar depan kami gembok. Suasana dusun menjadi sepi sunyi karena ditinggal oleh semua warga.

Warga tercekam oleh sosok makhluk halus yang 'Nampak' belakangan. Sosok mahluk berbentuk raksasa hitam yang 'nampak' di tengah malam yang diyakini sebagian warga bahwa sosok itulah pembunuh misterius yang membantai beberapa orang warga kami.

Karena desa menjadi senyap, kami pun yang tadinya tidak takut, jadi tercekam dahsyat. Kami menghitung-hitung untuk mengungsi, namun ayam dan bebek piaraan kami, tentu akan musnah kelaparan apabila kami meninggalkan rumah. Dan kandang hewan di belakang rumah kami itu, mungkin pula diserbu maling yang belakangan ini banyak berkeliaran di daerah kami.

Karena kasihan dengan piaraan kami, akhirnya aku dan suamiku memutuskan untuk tetap tinggal di dalam rumah. Begitu pula dengan anak-anakku, mereka aku perintahkan tetap di dalam rumah sampai keadaan menjadi aman.

Keamanan segera tercipta setelah polisi turun ke desa Tajmahal. Para aparat pengayom masyarakat ini yang beroperasi untuk membuat ketentraman masyarakat. Ada sebagian pengungsi pulang kembali ke Sebadak dan kami pun mulai berani keluar setelah tiga hari mengurung diri dalam rumah.

Tengah malam, hari Senin 13 Agustus 2003, rumah kami kedatangan tamu. Ada seseorang memencet bel rumah kami pada pukul 24.00 Waktu Indonesia Tengah. Anak-anakku dan suami tertidur lelap tapi aku terbangun karena bunyi bel itu.

Pada saat aku mengengok ke arah pagar depan, tak terlihat siapa-siapa di sana. Padahal bel terus berdering, tanda bahwa emencet bel itu minta dibukakan pagar. “Ah, mungkin yang memencet anak-anak, yang  tubuhnya pendek atau mungil , dan membuat tidak terlihat oleh ku dari jauh. Karena pagar tanah kami dari besi las, dan ditutupi lapis fibre glass, hingga orang yang bertubuh pendek tak akan terlihat dari atas.

Dari pertimbangan tersebut, lalu aku segera keluar rumah menuju pintu pagar rumah. Masih memakai kaos oblong dan celana training, maka aku berusaha membukakan pintu pagar. Memang selama ini, ada anak tetangga. Namanya Riza, masih 11 tahun, suka main ke rumah dan sering datang malam-malam. Ia sudah aku anggap seperti anakku sendiri dan Riza berteman akrab dengan anak bungsuku, Deni.  Oleh karena aku merasa bahwa Riza yang memencet bel itu, akhirnya aku berani membukakan pintu itu.

Tatkala gembok pintu pagar ku buka, tidak terlihat siapa-siapa yang memencet bel. Padahal kala itu, bunyi bel terus saja terdengar seakan ada orang yang sedang memijit tanda minta dibukakan pintu. 

Sungguh jantungku berdebar-debar saat aku tak menemukan siapapun di depan pagar rumahku. Lalu aku segera masuk dan memutuskan konekting bel ke dalam rumah. Namun aneh, meski konekting telah ku putus, tapi bel masih saja berbunyi.

 Erni, anakku yang ke dua, 23 tahun, terjaga dari tidurnya. Dan Erni segera menghambur ke depan pagar untuk membukakan pintu. Ketika aku berteriak mencegah Erni, seperti tidak peduli teriakanku. Anakku Erni terus berlari ke depan menuju pagar depan. Ketika sampai di pagar rumah, seketika itu Erni terjatuh dan aku segera menolongnya.

Pada saat aku mengangkat tubuh anakku itu, dia sudah lemas lunglai dan sudah tak bernyawa lagi.  Anakku Erni tewas di tempat dan aku berteriak histeris sekencang-kencangnya. Mendengar teriakanku, suamiku dan anakku yang lain datang membantu. Tubuh Erni kami bawa ke dalam rumah dalam keadaan tak bernyawa.

Ketika kami sedang menangisi jasad Erni, dari luar, tiba-tiba terdengar suara gerungan yang teramat keras. Suara gerungan itu mirip suara bekantan besar, memecah kebisuan malam. Merasa penasaran aku segera meninggalkan jenazah dan melihat ke depan. Ya, Tuhan, di sana terlihat sosok raksasa bertubuh hitam legam. Memiliki wajah seperti bekantan,  matanya memandang kearahku dan taringnya yang tajam, sosok hitam besar  itu menyeringai ke arahku. 

Tetapi setelah aku berteriak histeris, sosok hitam itu hilang dalam sekejap. Lenyap ke hutan sebelah rumah kami.

Sesudah Erni dimakamkan dengan sejuta duka kami yang mendalam, salah seorang paranormal Pontianak menyalami dan turut berbelasungkawa. Anakku Erni , ungkapnya,  jadi tumbal raksasa gaib yang dinamakan Uwak Besoh oleh beliau. Katanya, Uwak Besoh itu sebangsa jin bertubuh besar yang beroperasi di Kalimantan Barat dan memangsa hewan peliharaan dan juga manusia.

Aku mempercayai paranormal ini. Namanya adalah  Kombe Suanda, 56 th, ia berjanji akan memusnahkan Uwak Besoh jika aku bersedia mendanai ritual yang dilakukan olehnya. Katanya aku harus menyiapkan alat-alat ritual seperti madat Turki, apel jin, kemenyan Arab dan minyak wangi Paris, merk Elizabeth Arden. Bukan hanya itu, aku juga harus memberi santunan pada 1000 anak yatim di Kalbar dan juga 1000 orang jompo di Pontianak.

“Bila ritual ini tak dilakukan, maka Uwak Besoh akan mengambil tiga anakmu yang lain. Karena tumbal yang dijanjikan kepadanya adalah empat nyawa manusia. Dan kebetulan tumbal itu jatuh pada keluarga ibu,” jelas Sang Dukun.

Sebab takut meminta nyawa anakku yang lain, dan merasa geregetan aku ingin agar raksasa bekantan itu cepat musnah. Malahan paranormal asal Pontianak itu, bersedia mempertunjukkan detik-detik kematian raksasa bekantan itu. Maka dari itu, aku bersedia mengeluarkan tabunganku sebesar 40 juta rupiah untuk Sang Dukun. Dan dia pula yang akan memberikan santunan kepada yatim dan orang jompo di Pontianak.

Setelah  segala sesuatu disiapkan dalam beberapa bulan lamanya, maka ritual gaib itu pun dilaksanakan. Prosesi dilakukan pada tengah malam di rumah kami. Sosok makhluk halus yang berwujud raksasa itu dipanggil dengan mantra-mantra serta ubo rambe yang dibuat oleh Kombe Suanda(sang paranormal). Kurang lebih satu jam membaca mantra dan duduk bersila, secara tiba-tiba angin puting beliung menyerbu dengan kencang. Pohon- pohon terombang ambing disapu angin yang kencang.   Diikuti oleh, cahaya kilat dan petir menyambar tanah. Beruntungnya kami tidak terkena kilatan cahaya itu. Jika sampai terkena, pasti matilah aku dan keluarga besarku di rumah kami.

Tak lama kemudian, seiring dengan kilat besar yang menyambar, Sosok Raksasa Gaib pun hadir dan terlihat. Raksasa itu muncul di pagar rumah kami. Uwak Besoh itu membuka gigi taringnya dan siap menyerang sang paranormal. Tetapi  Kombe Suanda sudah menyiapkan keris Digjaya Abadi, keris tersebut diarahkan kepada mahluk gaib. Makhluk raksasa itu terjatuh dan tubuhnya tertusuk pagar rumah kami yang tajam.

Raksasa itu meregang nyawa. Akan tetapi karena dia mahluk halus, maka bangkainya tidak bisa tersentuh oleh siapapun juga, hanya Kombe Suanda saja yang boleh menyentuhnya. Kombe Suanda menusuk makhluk itu dengan keris Digjaya Abadi yang dibawanya, dan mahluk itu pun terbakar, lenyap dan musnah tanpa meninggalkan sisa dipagar rumah kami. Kobaran api membumbung tinggi dan dipadamkan dengan keris Kombe Suanda pula.

Setelah semua selesai , lantas aku bertanya kepada Pak Kombe . “Setahu saya, tumbal anak itu dilakukan oleh seseorang yang melakukan pesugihan. Sementara saya, kesuksesan berkebun yang saya geluti, jelas bukan karena pesugihan, semua karena kerja keras ku memeras otak hingga meraih kesuksesan ini. Terus kenapa mahluk itu meminta tumbal empat anakku? Mengapa anak-anak tercintaku yang menjadi tumbalnya?” tanyaku, penasaran kepada Pak Kombe.

Sang paranormal lalu membisikkan sesuatu ketelingaku. Ia meminta agar aku tidak mempersoalkan lagi hal tersebut. Karena semua sudah selesai dan kasus tumbal pun otomatis telah luntur dan hilang. Bisikkan Pak Kombe membuat tubuh ku gemetar dan menggigil. Bulu kudukku merinding mendengar kata-kata darinya. Karena yang menumbalkan empat anak tercintaku, secara diam-diam adalah suamiku sendiri.  Ayah dari anak-anakku yang bernama Amran Husni. Mas Husni ternyata sangat jahat dan tega menumbalkan anak-anaknya untuk kejayaan usaha yang aku geluti  sebagai pengusaha perkebunan jeruk.

Sekarang aku telah bercerai dengan Mas Husni dan dia menikah lagi di Serawak dengan gadis cantik dari Malaysia. Mas Husni juga telah membeli 140 hektar tanah di Sambas dan berkebun bersama isteri barunya. Usahanya itu maju pesat dan Kombe Suanda sang paranormal yang menolong aku dan anak-anakku, menyebut saat ini Amran Husni menumbalkan istrinya yang cantik kepada mahluk gaib lain yang kelak akan membuatnya kaya raya. 

Alhamdulillah, setelah aku terlepas dari pesugihan  mantan suamiku, semua usahaku tetap jalan lancar atas pertolongan Tuhan Yang Maha Pengasih. Aku tetap bekerja keras membesarkan usahaku, bersama anak-anak tercintaku. (kisah ini dituturkan oleh Hesty Nurlita)

0 Response to "Kisah Nyata, Anakku Jadi Tumbal Pesugihan Jin Raksasa"